cinta di tepi danau
Sore itu aku pergi ke danau bersama Evhy sahabatku sejak SD.
Aku sengaja mengajak Evhy ke sana karena ada sesuatu yang mau aku
omongin ke dia.
" Vhy.. maafin Luthfi. Luthfi janji.. Luthfi akan kesini lagi didanau ini. Tapi.."
" Tapi apa Luthfi ??" potong Evhy
" Tapi sekarang Luthfi harus pergi.." jawabku dengan berat hati.
" Pergi ? kamu mau kemana ?" tanya Evhy dengan hati sedih.
" Ke London" jawabku pendek
Evhy menundukkan kepalanya. Ia mencoba menyembunyikan kesedihannya itu. Luthfi sungguh tidak tega meninggalkan sahabat yang disayanginya itu. Sesungguhnya dalam hati Luthfi menganggap Evhy lebih dari seorang sahabat. Sayangnya keadaanlah yang membuat Luthfi enggan mengungkapkan perasaan itu, ketakutannya akan hubungan persahabatan dengan Evhy akan merenggang setelah dia mengungkapkan perasaan itu.
" Tapi Luthfi janji.. Luthfi akan kesini lagi, di danau persahabatan kita" tegas Luthfi.
Ada sedikit harapan di hati Evhy untuk bertemu kembali dengan Luthfi. Tetapi keragu-raguan tetap menyelimuti hati Evhy. Jarak yang jauh akankah membuat Luthfi tetap mengingatnya." Ini aku titip gelang" ujar Luthfi sedari melingkarkan gelang berinisial L di tangan Evhy. " Kamu harus jaga gelang ini. Gelang ini sebagai tanda janji aku untuk kamu, janji yang aku harus tepati nantinya."
Gelang perak berinisial L kini melingkar di tangan Evhy. Tak kuasa Evhy menahan air matanya. Sebagai gantinya Evhy memberikan kalung yang terukir nama EVHY kepada Luthfi.
" Buat Luthfi.. supaya kamu nggak lupa sama aku." kata Evhy memberikan kalungnya kepada Luthfi. Luthfi kemudian memakai dan memegang kalung itu dan memandangi ukiran nama yang menjadi Liontin kalung tersebut.. Kabutpun mulai datang menyelimuti mereka berdua, tidak lama wanita berparas anggun datang menjemput Luthfi.
" Luthfi.. ayo sayang nanti kita ketinggalan pesawat." Teriakan mama Luthfi memecahkan kesunyian.
" Iya mah..." sahutku " Aku pergi.. sampai jumpa saat kita berumur 17 tahun nanti." ujarku lagi untuk terakhir kalinya kepada Evhy. Kabut di Danau semakin bertambah tebal mengiringi kepergian Luthfi. Evhy hanya bisa menangis mengantar kepergian Luthfi ke London. Dan sejak saat itu adalah awal semua perubahan kehidupan Evhy
Hari demi hari dijalani Evhy tanpa kehadiran Luthfi. Tak ada canda ataupun kejailan Luthfi. Evhy selalu datang ke danau awal persahabatannya dengan Luthfi. Di danau itu Evhy mengingat kembali kenangannya saat-saat bersama Luthfi. Semua kenangan diputarnya secara perlahan-lahan agar tidak hilang dari ingatannya, tapi semakin Evhy mengingat kenangan itu semakin sedih hati dan perasaannya. Ingin sekali Evhy cepat-cepat berusia 17 tahun, tak sabar untuk menanti kedatangan Luthfi yang mengalami banyak perubahan.
Tapi sayangnya, kedatangan Luthfi masih 5 tahun lagi dan waktu 5 tahun itu adalah waktu yang sangat lama. Dalam benak Evhy dia bertanya-tanya mungkinkah Luthfi masih mengingatnya ?
Empat tahun telah berlalu, dan sekarang sudah tahun ke lima Luthfi meninggalkan Evhy. Belum ada kabar sama sekali tentang Luthfi. Sampai suatu hari, dimana hari itu adalah hari ulang tahun Evhy yang ke - 17. Evhy sangat sedih, disaat hari istimewanya itu Luthfi tidak berada di sini.
" Lima tahun sudah Lut kamu pergi, dan hari ini adalah hari ulang tahunku. Kapan kamu pulang ?" ujar Evhy memandangi foto dirinya bersama Luthfi saat masih kecil dulu.
Butiran air mata turun dari matanya. Evhy masih setia menunggu sahabatnya itu. Sahabat yang sangat dicintainya, dalam hatinya dia berharap Luthfi bukan sekedar sahabatnya melainkan orang yang memiliki hatinya.
" Vhy.." seru mamanya memecahkan kegundahan hati Evhy.
" Iya mah.." sahut Evhy
" Cepat kesini.., ada surat untukmu." ujar mamanya.
Evhy segera menghapus air matanya dan berlari menghampiri mamanya. Dalam hati dia berkata " semoga surat dari London, semoga surat dari London." Evhy memegang surat itu
Dilihatnya alamat surat itu beserta tulisan dari London. Cepat-cepat pelangi membuka surat itu.
Evhy tak kuasa meneteskan air matanya. Meskipun berulang kali Evhy menahannya, air mata itu tetap saja tidak mau berhenti keluar dari matanya. Entah air mata kebahagiaan atau kesedihannya. Yang terpenting Evhy bahagia ternyata Luthfi tidak pernah melupakan dirinya. Tapi satu hal yang membuatnya sedih, kapan Luthfi akan pulang ?
Hari itu Evhy berangkat ke sekolah, kebetulan jarak sekolah cukup jauh. Tapi Evhy tak mengurungkan niatnya naik sepeda ke sekolahannya. Hari itu bertepatan dengan kepulangan Luthfi dari London. Luthfi memang sengaja tidak memberi tau Evhy bahwa hari ini dia akan pulang. Luthfi ingin memberikan kejutan untuk Evhy. Luthfi tiba di bandara tepat pukul 08.30 WITA. Senyumanku mengembang saat kaki untuk pertama kalinya di Indonesia setelah sekian lama aku pergi.
" Aku pulang Evhy.." ujarku sendiri sambil menatap birunya langit pagi itu.
Luthfi akan pulang ke rumah lamanya yang telah sekian lama ia tinggalkan dengan mamanya. Semenjak Luthfi di London rumah itu dihuni oleh neneknya dan 2 pembantu serta seorang satpam. Sebuah mobil kijang merah maroon menjemput Luthfi. Pak Yudhi menenteng koper Luthfi dan langsur berangkat ke rumah lamanya.
" Pak Yudhi mampir ke toko boneka dulu ya.." pinta Luthfi.
" Iya Den, mau beli boneka buat non Evhy ya ?" tanya Pak Yudhi.
" Iya pak..., Evhy tambah canik nggak pak ?"
" Cantik Den, Non Evhy sering lewat naik sepeda ke sekolah" jawab pak Yudhi
Sampai di toko Luthfi segera membeli sebuah boneka berbentuk kelinci berwarna merah muda, yang rencananya akan diberikan kepada Evhy nanti malam.
" Evhy.... kamu sudah mendapat kabar dari Luthfi ?" tanya mamanya
" Sudah mah, tapi Evhy nggak tau kapan Luthfi akan pulang" jawab Evhy. Mamanya mengerutkan dahi karena bingung dengan jawaban Evhy.
"Kok gitu ?"
" Ya Evhy nggak tau ma, ya udah deh Evhy istirahat dulu yah ma."
" Iya udah sana"
Sore menjelang malam Luthfi telah mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Evhy. Mulai pakaian, diperhatikannya dari ujung rambut sampai kaki tidak dilewati Luthfi. Neneknya hanya tertawa melihat cucunya yang mendadak fashionable. Akhirnya setelah berjam-jam berdandan, Luthfi berangkat menuju ke rumah Evhy. Luthfi memacu mobil Lotus Elise miliknya dengan kecepatan yang stabil. Senyumnya tak berhenti mengembang saat melihat boneka kelinci yang akan diberikan pada Evhy. Sangking senangnya Luthfi tidak melihat adanya mobil Mazda RX8 dengan arah yang berlawanan dan Luthfi mengalami kecelakaan. Pemilik mobil Mazda itu meninggal sedangkan Luthfi mengalami patah tulang kaki. Selang kejadian tersebut terdengarlah suara serene yang terdengar parau di telinga Luthfi.
Dirumah, Evhy memandangi fotonya bersama Luthfi sewaktu kecil dulu. Senyum tipis muncul di wajah Evhy mengingat kejadian saat kecil dulu. Saat akan meletakkan foto itu kembali, tiba-tiba saja foto itu terjatuh. Evhy kaget bukan main, pikirannya mendadak teringat Luthfi.
Sementara itu Luthfi tersadar telah berada di ruang yang aromanya penuh dengan obat. Didapatinya nenek berada di sampingnya, menangis mencemaskan keadaannya. Disaat itu pula Luthfi ingin bangkit dari ranjang rumah sakit, tapi hal yang tidak di sangka oleh Luthfi akhirnya terjadi. Kaki Luthfi tidak dapat bergerak, dia kaget dan panik bukan main. Seketika itu pula dia melihat kaki kanannya yang telah di amputasi oleh tim medis.
" Luthfi kenapa nek ?" tanya Luthfi dengan lemah
" Kamu kecelakaan saat menuju rumah Evhy." jelas nenek
" Tapi Luthfi harus ke rumah Evhy sekarang juga nek". ujar Luthfi bersih keras ingin ke rumah Evhy.
" Tapi kamu belum bisa jalan nak, kamu belum sembuh betul."
" Tapi.."
" Sudah kamu istirahat dulu." Ucap nenek memotong perkataan Luthfi
Pagi telah datang, Minggu ini adalah saat yang tenang untuk Evhy. Entah kenapa mendadak Evhy ingin pergi ke danau. Sementara itu Luthfi masih terbaring lemah di ranjang. Cahaya matahari masuk melalui celah-celah gorden jendela tempat Luthfi dirawat. Entah kenapa, cahaya matahari itu seperti memberikan kekuatan kepada Luthfi.
" Danau.... aku ingin kesana" ujar Luthfi
Dengan langkah tertatih Luthfi keluar dari kamar inapnya dengan menggunakan tongkat. Luthfi memanggil Taxi untuk mengantarnya ke danau. Jika neneknya tau kalau Luthfi akan pergi ke Danau, neneknya tidak akan mengizinkannya.
Dalam hitungan jam Luthfi sampai di danau. Taxi itu meninggalkan Luthfi yang tertatih menyusuri jalan setepak yang dipenuhi kabut. Luthfi melihat sekeliling danau, sedikit ada perubahan pada jembatan danau itu. Senyumnya kembali terlukis di wajahnya melihat tempat kenangan masa kecilnya bersama Evhy. Tak jauh dari jembatan Luthfi mendapati seorang wanita yang sedang duduk di bangku taman tepi danau. Dalam hati Luthfi menebak-nebak "apakah wanita disana itu Evhy ?". Perlahan-lahan Luthfi mendekati wanita itu. Rambut berwarna hitam kecoklatan kontras dengan kulit wajah putihnya. Wanita itu memakain sweater hijau. Pandangannya menerawang cakrawala.
"Evhy.." panggil Luthfi dengan rasa yang berkecamuk dihatinya.
Wanita itu menoleh ke arah suara yang memanggil namanya. Evhy menengadakan kepalanya ke sosok laki-laki bertubuh atletis yang berdiri di depannya. Wajah laki-laki itu terlihat pucat, matanya melihat Evhy dengat tajam. Luthfi kemudian melihat gelang yang melingkar di pergelangan wanita itu. Hal itu membuat Luthfi semakin yakin bahwa wanita itu adalah Evhy. Evhy terkejut dengan tingkah laki-laki yang ada dihadapannya.
"Evhy.., kamu benar Evhy ?"ujar Luthfi dengan derai air mata
Evhy semakin heran darimana laki-laki itu tau namanya. Akhirnya Luthfi menunjukkan kalung yang terukir nama Evhy untuk meyakinkannya. Evhy berdiri dari duduknya. Buliran air mata tak terbendung lagi di matanya. Ternyata laki-laki di hadapannya itu adalah Luthfi.
" Ini aku Luthfi, Evhy.." kata Luthfi dengan suara bergetar.
Evhy hanya diam menangis sejadi-jadinya. Sungguh tidak disangka kalau Luthfi benar-benar menepati janjinya. Luthfi kemudian menarik tubuh Evhy kedalam pelukannya. Di danau ini, di tempat ini pertama awal pertemuan dan persahabatan Luthfi dan Evhy. Dan di danau ini pula, Luthfi dan Evhy dipertemukan kembali setelah 5 tahun berpisah.
" Jangan tinggalin aki lagi.. please" ujar Evhy di pelukan Luthfi
" Nggak akan.. I'll stay here for you.. forever". jawab Luthfi " Evhy, aku ingin kita menjalin hubungan yang lebih serius, lebih dari sekedar sahabat. Aku ingin kita menjalin sebuah cinta, karena aku sayang kamu sejak pertama kita bertemu di kelas 6 SD" lanjut Luthfi
" Iya.. aku juga sayang sama kamu Lut.. aku nggak ingin kehilangan kamu lagi untuk ke dua kalinya." balas Evhy dengan air mata yang terus mengalir di wajahnya.
" Vhy.. maafin Luthfi. Luthfi janji.. Luthfi akan kesini lagi didanau ini. Tapi.."
" Tapi apa Luthfi ??" potong Evhy
" Tapi sekarang Luthfi harus pergi.." jawabku dengan berat hati.
" Pergi ? kamu mau kemana ?" tanya Evhy dengan hati sedih.
" Ke London" jawabku pendek
Evhy menundukkan kepalanya. Ia mencoba menyembunyikan kesedihannya itu. Luthfi sungguh tidak tega meninggalkan sahabat yang disayanginya itu. Sesungguhnya dalam hati Luthfi menganggap Evhy lebih dari seorang sahabat. Sayangnya keadaanlah yang membuat Luthfi enggan mengungkapkan perasaan itu, ketakutannya akan hubungan persahabatan dengan Evhy akan merenggang setelah dia mengungkapkan perasaan itu.
" Tapi Luthfi janji.. Luthfi akan kesini lagi, di danau persahabatan kita" tegas Luthfi.
Ada sedikit harapan di hati Evhy untuk bertemu kembali dengan Luthfi. Tetapi keragu-raguan tetap menyelimuti hati Evhy. Jarak yang jauh akankah membuat Luthfi tetap mengingatnya." Ini aku titip gelang" ujar Luthfi sedari melingkarkan gelang berinisial L di tangan Evhy. " Kamu harus jaga gelang ini. Gelang ini sebagai tanda janji aku untuk kamu, janji yang aku harus tepati nantinya."
Gelang perak berinisial L kini melingkar di tangan Evhy. Tak kuasa Evhy menahan air matanya. Sebagai gantinya Evhy memberikan kalung yang terukir nama EVHY kepada Luthfi.
" Buat Luthfi.. supaya kamu nggak lupa sama aku." kata Evhy memberikan kalungnya kepada Luthfi. Luthfi kemudian memakai dan memegang kalung itu dan memandangi ukiran nama yang menjadi Liontin kalung tersebut.. Kabutpun mulai datang menyelimuti mereka berdua, tidak lama wanita berparas anggun datang menjemput Luthfi.
" Luthfi.. ayo sayang nanti kita ketinggalan pesawat." Teriakan mama Luthfi memecahkan kesunyian.
" Iya mah..." sahutku " Aku pergi.. sampai jumpa saat kita berumur 17 tahun nanti." ujarku lagi untuk terakhir kalinya kepada Evhy. Kabut di Danau semakin bertambah tebal mengiringi kepergian Luthfi. Evhy hanya bisa menangis mengantar kepergian Luthfi ke London. Dan sejak saat itu adalah awal semua perubahan kehidupan Evhy
Hari demi hari dijalani Evhy tanpa kehadiran Luthfi. Tak ada canda ataupun kejailan Luthfi. Evhy selalu datang ke danau awal persahabatannya dengan Luthfi. Di danau itu Evhy mengingat kembali kenangannya saat-saat bersama Luthfi. Semua kenangan diputarnya secara perlahan-lahan agar tidak hilang dari ingatannya, tapi semakin Evhy mengingat kenangan itu semakin sedih hati dan perasaannya. Ingin sekali Evhy cepat-cepat berusia 17 tahun, tak sabar untuk menanti kedatangan Luthfi yang mengalami banyak perubahan.
Tapi sayangnya, kedatangan Luthfi masih 5 tahun lagi dan waktu 5 tahun itu adalah waktu yang sangat lama. Dalam benak Evhy dia bertanya-tanya mungkinkah Luthfi masih mengingatnya ?
Empat tahun telah berlalu, dan sekarang sudah tahun ke lima Luthfi meninggalkan Evhy. Belum ada kabar sama sekali tentang Luthfi. Sampai suatu hari, dimana hari itu adalah hari ulang tahun Evhy yang ke - 17. Evhy sangat sedih, disaat hari istimewanya itu Luthfi tidak berada di sini.
" Lima tahun sudah Lut kamu pergi, dan hari ini adalah hari ulang tahunku. Kapan kamu pulang ?" ujar Evhy memandangi foto dirinya bersama Luthfi saat masih kecil dulu.
Butiran air mata turun dari matanya. Evhy masih setia menunggu sahabatnya itu. Sahabat yang sangat dicintainya, dalam hatinya dia berharap Luthfi bukan sekedar sahabatnya melainkan orang yang memiliki hatinya.
" Vhy.." seru mamanya memecahkan kegundahan hati Evhy.
" Iya mah.." sahut Evhy
" Cepat kesini.., ada surat untukmu." ujar mamanya.
Evhy segera menghapus air matanya dan berlari menghampiri mamanya. Dalam hati dia berkata " semoga surat dari London, semoga surat dari London." Evhy memegang surat itu
Dilihatnya alamat surat itu beserta tulisan dari London. Cepat-cepat pelangi membuka surat itu.
London, 24 Agustus 2012
Untuk
Evhy tersayang
Salam sayang,
Hai Vhy.., mungkin kata-kata itu yang tapat untuk ku ucapkan pertama kali setelah sekian lama aku tak menyapamu. Aku tau kamu pasti marah kepadaku setelah sekian lama aku pergi dan ini surat pertama yang kamu terima. Ohh iya.. sebelumnya, apa kabar ? aku harap kamu disana sehat dan semakin cantik saja. Apa ada laki-laki yang mengisi hatimu ?
Aku minta maaf baru bisa memberimu kabar sekarang. Sebenarnya sudah lama aku ingin membagi kabar pertamaku saat di London. Tapi apa daya, aku ingin memberimu kabar lewat e-mail tapi aku tak tau alamat e-mailmu.
Aku tau Hari ini kamu genap berusia 17 tahun. Mungkin jika kamu disini kamu sudah berulang tahun kemarin. Aku ingin sekali bercerita bayak tentang London. Disini cuacanya sangat bertolak belakang dengan Indonesia, makanannya juga aneh-aneh namanya. Apalagi rasanya, lebih enak masakan mama kamu. Masih banyak yang ingin aku ceritakan padamu. Aku harap kamu masih seceria dulu saat-saat kamu masih bersamaku. Sekian dulu surat dariku, aku akan menemuimu di tempat awal kita bertemu. Sebelumnya aku ingin mengucapkan Selamat Ulang Tahun Evhyku sayang. Semoga kau sehat selalu. Tolong tunggu aku sebentar saja, aku akan kembali padamu.
Orang yang merindukanmu,
( Luthfi )
NB : Masihkah kau jaga gelang dariku ? Aku harap kamu masih memakainya..Jangan hilangkan gelang itu !
Evhy tak kuasa meneteskan air matanya. Meskipun berulang kali Evhy menahannya, air mata itu tetap saja tidak mau berhenti keluar dari matanya. Entah air mata kebahagiaan atau kesedihannya. Yang terpenting Evhy bahagia ternyata Luthfi tidak pernah melupakan dirinya. Tapi satu hal yang membuatnya sedih, kapan Luthfi akan pulang ?
Hari itu Evhy berangkat ke sekolah, kebetulan jarak sekolah cukup jauh. Tapi Evhy tak mengurungkan niatnya naik sepeda ke sekolahannya. Hari itu bertepatan dengan kepulangan Luthfi dari London. Luthfi memang sengaja tidak memberi tau Evhy bahwa hari ini dia akan pulang. Luthfi ingin memberikan kejutan untuk Evhy. Luthfi tiba di bandara tepat pukul 08.30 WITA. Senyumanku mengembang saat kaki untuk pertama kalinya di Indonesia setelah sekian lama aku pergi.
" Aku pulang Evhy.." ujarku sendiri sambil menatap birunya langit pagi itu.
Luthfi akan pulang ke rumah lamanya yang telah sekian lama ia tinggalkan dengan mamanya. Semenjak Luthfi di London rumah itu dihuni oleh neneknya dan 2 pembantu serta seorang satpam. Sebuah mobil kijang merah maroon menjemput Luthfi. Pak Yudhi menenteng koper Luthfi dan langsur berangkat ke rumah lamanya.
" Pak Yudhi mampir ke toko boneka dulu ya.." pinta Luthfi.
" Iya Den, mau beli boneka buat non Evhy ya ?" tanya Pak Yudhi.
" Iya pak..., Evhy tambah canik nggak pak ?"
" Cantik Den, Non Evhy sering lewat naik sepeda ke sekolah" jawab pak Yudhi
Sampai di toko Luthfi segera membeli sebuah boneka berbentuk kelinci berwarna merah muda, yang rencananya akan diberikan kepada Evhy nanti malam.
" Evhy.... kamu sudah mendapat kabar dari Luthfi ?" tanya mamanya
" Sudah mah, tapi Evhy nggak tau kapan Luthfi akan pulang" jawab Evhy. Mamanya mengerutkan dahi karena bingung dengan jawaban Evhy.
"Kok gitu ?"
" Ya Evhy nggak tau ma, ya udah deh Evhy istirahat dulu yah ma."
" Iya udah sana"
Sore menjelang malam Luthfi telah mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Evhy. Mulai pakaian, diperhatikannya dari ujung rambut sampai kaki tidak dilewati Luthfi. Neneknya hanya tertawa melihat cucunya yang mendadak fashionable. Akhirnya setelah berjam-jam berdandan, Luthfi berangkat menuju ke rumah Evhy. Luthfi memacu mobil Lotus Elise miliknya dengan kecepatan yang stabil. Senyumnya tak berhenti mengembang saat melihat boneka kelinci yang akan diberikan pada Evhy. Sangking senangnya Luthfi tidak melihat adanya mobil Mazda RX8 dengan arah yang berlawanan dan Luthfi mengalami kecelakaan. Pemilik mobil Mazda itu meninggal sedangkan Luthfi mengalami patah tulang kaki. Selang kejadian tersebut terdengarlah suara serene yang terdengar parau di telinga Luthfi.
Dirumah, Evhy memandangi fotonya bersama Luthfi sewaktu kecil dulu. Senyum tipis muncul di wajah Evhy mengingat kejadian saat kecil dulu. Saat akan meletakkan foto itu kembali, tiba-tiba saja foto itu terjatuh. Evhy kaget bukan main, pikirannya mendadak teringat Luthfi.
Sementara itu Luthfi tersadar telah berada di ruang yang aromanya penuh dengan obat. Didapatinya nenek berada di sampingnya, menangis mencemaskan keadaannya. Disaat itu pula Luthfi ingin bangkit dari ranjang rumah sakit, tapi hal yang tidak di sangka oleh Luthfi akhirnya terjadi. Kaki Luthfi tidak dapat bergerak, dia kaget dan panik bukan main. Seketika itu pula dia melihat kaki kanannya yang telah di amputasi oleh tim medis.
" Luthfi kenapa nek ?" tanya Luthfi dengan lemah
" Kamu kecelakaan saat menuju rumah Evhy." jelas nenek
" Tapi Luthfi harus ke rumah Evhy sekarang juga nek". ujar Luthfi bersih keras ingin ke rumah Evhy.
" Tapi kamu belum bisa jalan nak, kamu belum sembuh betul."
" Tapi.."
" Sudah kamu istirahat dulu." Ucap nenek memotong perkataan Luthfi
Pagi telah datang, Minggu ini adalah saat yang tenang untuk Evhy. Entah kenapa mendadak Evhy ingin pergi ke danau. Sementara itu Luthfi masih terbaring lemah di ranjang. Cahaya matahari masuk melalui celah-celah gorden jendela tempat Luthfi dirawat. Entah kenapa, cahaya matahari itu seperti memberikan kekuatan kepada Luthfi.
" Danau.... aku ingin kesana" ujar Luthfi
Dengan langkah tertatih Luthfi keluar dari kamar inapnya dengan menggunakan tongkat. Luthfi memanggil Taxi untuk mengantarnya ke danau. Jika neneknya tau kalau Luthfi akan pergi ke Danau, neneknya tidak akan mengizinkannya.
Dalam hitungan jam Luthfi sampai di danau. Taxi itu meninggalkan Luthfi yang tertatih menyusuri jalan setepak yang dipenuhi kabut. Luthfi melihat sekeliling danau, sedikit ada perubahan pada jembatan danau itu. Senyumnya kembali terlukis di wajahnya melihat tempat kenangan masa kecilnya bersama Evhy. Tak jauh dari jembatan Luthfi mendapati seorang wanita yang sedang duduk di bangku taman tepi danau. Dalam hati Luthfi menebak-nebak "apakah wanita disana itu Evhy ?". Perlahan-lahan Luthfi mendekati wanita itu. Rambut berwarna hitam kecoklatan kontras dengan kulit wajah putihnya. Wanita itu memakain sweater hijau. Pandangannya menerawang cakrawala.
"Evhy.." panggil Luthfi dengan rasa yang berkecamuk dihatinya.
Wanita itu menoleh ke arah suara yang memanggil namanya. Evhy menengadakan kepalanya ke sosok laki-laki bertubuh atletis yang berdiri di depannya. Wajah laki-laki itu terlihat pucat, matanya melihat Evhy dengat tajam. Luthfi kemudian melihat gelang yang melingkar di pergelangan wanita itu. Hal itu membuat Luthfi semakin yakin bahwa wanita itu adalah Evhy. Evhy terkejut dengan tingkah laki-laki yang ada dihadapannya.
"Evhy.., kamu benar Evhy ?"ujar Luthfi dengan derai air mata
Evhy semakin heran darimana laki-laki itu tau namanya. Akhirnya Luthfi menunjukkan kalung yang terukir nama Evhy untuk meyakinkannya. Evhy berdiri dari duduknya. Buliran air mata tak terbendung lagi di matanya. Ternyata laki-laki di hadapannya itu adalah Luthfi.
" Ini aku Luthfi, Evhy.." kata Luthfi dengan suara bergetar.
Evhy hanya diam menangis sejadi-jadinya. Sungguh tidak disangka kalau Luthfi benar-benar menepati janjinya. Luthfi kemudian menarik tubuh Evhy kedalam pelukannya. Di danau ini, di tempat ini pertama awal pertemuan dan persahabatan Luthfi dan Evhy. Dan di danau ini pula, Luthfi dan Evhy dipertemukan kembali setelah 5 tahun berpisah.
" Jangan tinggalin aki lagi.. please" ujar Evhy di pelukan Luthfi
" Nggak akan.. I'll stay here for you.. forever". jawab Luthfi " Evhy, aku ingin kita menjalin hubungan yang lebih serius, lebih dari sekedar sahabat. Aku ingin kita menjalin sebuah cinta, karena aku sayang kamu sejak pertama kita bertemu di kelas 6 SD" lanjut Luthfi
" Iya.. aku juga sayang sama kamu Lut.. aku nggak ingin kehilangan kamu lagi untuk ke dua kalinya." balas Evhy dengan air mata yang terus mengalir di wajahnya.
*NB : Cinta bukanlah dari kata-kata tetapi dari segumpal keinginan diberi pada hati yang memerlukan. Tangisan juga bukanlah pengobat cinta karena ia tidak mengerti perjalanan hati nurani.
Komentar